KAYU SUGI ( SIWAK ) : Satu Pembuktian Saintifik


Tahukah anda bahawa bersugi itu penting dalam Islam?

Daripada Ibn Umar r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda, “Jadikan bersugi itu satu amalan, kerana ianya (bersugi) menyihatkan mulut dan merupakan kesukaan kepada Maha Pencipta” ( Hadis Riwayat Al-Bukhari ).

Daripada Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Kalau tidak menyusahkan umatku nescaya aku menyuruh mereka bersugi setiap kali hendak menunaikan solat” (Hadis Riwayat Al-Bukhari).


PENYAKIT GIGI KARIES ( CARIES )

Penyakit karies atau gigi berlubang masih merupakan topic yang hangat untuk dibicarakan sampai saat ini. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi iaitu enamel, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktiviti bakteria dalam suatu kardohidrat yang dapat diragikan.

Pada tahun ke lima puluhan, Orland dan Keyes dalam penelitiannya memperlihatkan besarnya peranan bakteria dalam pembentukkan karies. Tikus percubaan diberi diet yang sangat kariogenik. Ternyata jika kondisinya dijaga bebas kuman maka karies tidak terbentuk. Ketika bakteria ditambahkan, karies pun muncul.

Plak gigi terbentuk dari saliva, sisa epitel jaringan mulut, sisa makanan dan bakteria. Peniadaan plak sebanyak mungkin setelah makan harus dilakukan kerana plak gigi memegang kunci dalam keberhasilan pembentukan karies. Sesuai yang dikatakan Kantorowicf: “clean teeth never decay” (gigi yang bersih akan sulit rusak). Antara bakteria yang terdapat pada plak gigi adalah jenis Streptococcus mutans, memiliki korelasi positif terhadap asal mula pembentukan karies.

Karies (caries) adalah penyakit multifaktorial yang meliputi (Keyes 1960):

1. Host : Gigi & saliva
2. Agent : Bakteria kariogenik
3. Environment : Substrat (Sukrosa)
4. Waktu

Seiring berkembangnya pengetahuan yang lebih mendalam tentang karies, para peneliti berlumba-lumba untuk menghentikan proses karies. Cara mekanik, kimia dan immunologi merupakan pendekatan yang paling rasional.

WHO telah mentargetkan pada tahun 2010 penduduk usia 20 tahun, 75% nya harus merupakan karies inaktif dan pada tahun 2025 targetnya meningkat menjadi 90%.


KERISAUAN YANG BERASASAS

Di pasaran dunia dan Malaysia khususnya terjadi lambakan barangan keperluan yang diperbuat daripada sumber yang haram dan beracun. Berdasarkan kepada Panduan Halal Haram yang di keluarkan oleh Consumer Association of Penang (2006),

“Lazimnya berus yang diperbuat daripada bulu babi dilabelkan sebagai ‘Pure Bristle’. Selain berus lukisan, berus cat, berus menggosok kasut dan songkok, berus gigi dan berus cukuran dikhuwatiri mengandungi bahan haram ini.”

Disaat umat islam dilanda kebimbangan mengenai status barangan halal khususnya keperluan dalam menjaga kesihatan mulut, Nabi SAW telah memberikan satu solusi yang terbaik sejak 600M yang lalu. Pada zaman nabi telah terdapat pelbagai jenis alat pembersih mulut seperti powder tetapi siwak tetap menjadi pilihan Baginda Saw.


SEJARAH SIWAK

Beraneka ragam peralatan sederhana digunakan untuk membersihkan mulut dari sisa-sisa makanan, mulai dari batang kayu, ranting pohon, kain, bulu burung, tulang haiwan hingga dari landak. Antara peralatan tradisional yang perlu diketahui sebagai pembersih gigi dan mulut adalah kayu siwak (Salvadora persica). Siwak (Chewing Stick) telah digunakan oleh masyarakat Babilonia semenjak 7000 tahun yang lalu, yang kemudian digunakan pula di zaman Kerajaan Yunani dan Romawi, Yahudi, Mesir dan Kerajaan Islam. Penggunaan chewing stick (kayu kunyah) berasal dari tanam-tanaman yang berbeza-beza pada setiap negera. Di Timur Tengah, sumber utama yang sering digunakan adalah pohon arak (Salvadora persica), di Afrika Barat yang digunakan adalah pohon lemon (Citrus aurantifolia) dan pohon limau (Citrus sinesis). Akar tanaman Senna (Cassiva vinea) digunakan oleh orang Amerika berkulit hitam, Laburnum Afrika (Cassica sieberianba) digunakan di Sierre Leone serta Neem (Azadirachta indica) digunakan secara meluas di benua India.

Emslie (1996) cit Babay (1999) melaporkan untuk pertama kalinya adanya prevelensi karies lebih rendah pada pengguna siwak dibandingkan dengan pengguna berus gigi biasa di Negara Sudan. Baghdady dan Ghose (1979) cit Babay (1999) juga melaporkan prevelensi karies yang rendah pada anak-anak sekolah di Negara Sudan akibat dari penggunaan siwak.

Pada penelitian Almas, Skaug dan Ahmad (2004) ekstrak siwak memiliki daya antibakteria terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus faekalis. Kelebihan siwak dalam membersihkan gigi dan mulut menurut Hardie dan Ahmed (1995) cit Darout, Skaug (1995) disebabkan oleh kesan mekanik dari serat-serat batang dan siwak mampu melepaskan zat aktif yang sangat bermanfaat. Hal ini mungkin merupakan jawapan terhadap prevelensi karies yang rendah di Sudan. Secara in-vitro menurut laporan Al-lafi dan Ababneh (1999) cit Darout et al (2001) siwak dapat menginhibisi (menghambat) pembentukan plak gigi, pertumbuhan dan produksi asid oleh beberapa bakteria kariogenik. Berikut laporan WHO mengenai khasiat kayu sugi (chewing stick):

WHO pada tahun 1984 dan Consensus Statement on Oral Hygiene (2000) menganjurkan penggunaan chewing stick (kayu sugi) kerana efektivitinya dalam menghilangkan plak dan mencegah karies gigi.


NILAI PHARMACOLOGY SIWAK

Penelitian El-Mostehy et al (1995) cit Darout (2000) tentang analisis kandungan batang kayu siwak kering (Salvadora persica) dengan ekstrak menggunakan etanol 80% kemudian dilanjutkan dengan ether lalu diteliti kandungannya melalui prosedur kimia seperti: trimetilamin, alkaloid (di duga sebagai salvadorin), klorida, sejumlah besar tannin, saponin, flavanoid, dan sterol. Darout et al (2000) melaporkan bahawa daya antimikrobial dan effect pembersih pada siwak telah terdeteksi pada ekstraknya. Kesan ini dipercaya berhubungan dengan tingginya kandungan Sodium Klorida dan Pottasium Klorida seperti salvadourea dan salvadorine, saponin, tannin, vitamin C, silika dan resin, juga cyanogenic glycoside dan benzylsothio-cyanate.


Komposisi Siwak mempunyai kesan sebagai berikut: (Tubaishat et al 2005):

1. Trimethylamine berguna untuk menghilangkan karang gigi dan stain (kotoran), juga sebagai anti-bakteria, anti-inflamasi dan mampu menstimulasi gingiva.

2. Chloride sebagai penghalang pembentukkan calculus dan membantu menghilangkan stain ekstrinsik dari gigi.

3. Flouride berfungsi untuk memperkuat enamel gigi, mendukung remineralisasi sehingga mencegah terjadinya karies gigi. Ion flour juga membentuk kesan penghalang terhadap pertumbuhan bakteria pada plak gigi.

4. Silika suatu bahan abrasif yang berfungsi membantu membersihkan gigi kerana silika bekerja sebagai bahan pembersih yang dapat menghilangkan kotoran.

5. Vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan jaringan gusi.

6. Tannin atau molekul phenolic yang mengandung zat astrigen yang dapat melindungi gingiva.

7. Saponin mempunyai sifat seperti sabun yang dapat melarutkan kotoran, dan dapat digunakan sebagai anti-inflamasi (peradangan) dan anti-mikrob.

8. Flavonoids berfungsi menguatkan gingiva dan dapat mengurangi inflamasi (radang)

9. Sterol dapat mengurangi penumpukan plak.

10. Salvadorine berfungsi sebagai anti-bakteria, anti-inflamasi dan gingiva stimulating.

11. Resins adalah produk amorphous yang membentuk lapisan pelindung untuk mencegah gigi dari karies.

12. Sulfur bau dan rasanya yang pedas digunakan untuk melindungi gigi dari karies.

13. Komponen anionik antibakteria adalah sulphate (SO42-), chloride (Cl-) dan thiocyanate (SCN-).


PERANAN SIWAK SEBAGAI ANTI-KARIES

Almas dan Al-Zeid (2004) meneliti in-vivo kesan antibacterial yang cepat terhadap Streptococcus mutans dengan menghitung koloni bacteria dalam saliva pada subjek pengguna siwak, ekstrak siwak 50%, berus gigi, dan normal sanlin. Pengukuran menggunakan Vivacare (Caries Risk Test). Hasil penelitian menyimpulkan bahawa ekstrak siwak 50% mampu menurunkan kadar hitungan bacteria Streptococcus mutans dalam saliva dan menunjukkan penurunan bermakna Streptococcus mutans yang lebih besar pada penguna siwak dibandingkan penguna berus gigi biasa.


CARA MENGGUNAKAN SIWAK

Orang menggunakan siwak dalam bentuk batang atau stick kayu dengan cara:

1. Batang atau cabang siwak dipotong berukuran pensil dengan panjang 15-20 cm. Stick kayu siwak ini dapat dipersiapkan dari akar, tangkai, ranting, atau batang tanamannya. Stick dengan ukuran diameter 1 cm dapat di gigit dengan mudah dan dapat memberikan tekanan yang tidak merusak gusi apabila digunakan.

2. Kulit dari stick siwak ini dihilangkan atau di buang hanya pada bahagian hujung stick yang akan di pakai sahaja.

3. Siwak yang kering dapat merusak gusi, sebaiknya direndam dalam air segar selama 1 hari sebelum digunakan. Selain itu, air tersebut juga dapat digunakan untuk kumur-kumur.

4. Bahagian ujung stick siwak yang sudah dihilangkan kulit luarnya digigit-gigit atau dikunyah-kunyah sampai berjumbai seperti berus.

5. Bahagian siwak yang sudah seperti berus digosokkan pada gigi, dan boleh digunakan untuk membersihkan lidah.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan moden maka siwak digunakan dengan cara diolah dahulu kemudian ekstraknya dimasukkan dalam ubat gigi. Suryadi et al (2006) menunjukkan bahwa ubat gigi siwak mampu menginhibisi (menghambat) strain lokal Streptococcus mutans yang diisolasi dari gigi manusia.


SIWAK MENERAJUI ERA SAINS & TEKNOLOGI

Bagi menyimpulkan kelebihan siwak berbanding ubat gigi biasa, M. Ragaii El-Mostehy et al melaporkan dalam Siwak as an Oral Health Device (Preliminary Chemical and Clinical Evaluation): “It could be concluded that Siwak and powdered Siwak are excellent tools for oral cleanliness. Because of its availability in this part of the world, being inexpensive and readily adopted by Moslems as part of their religious regimen, it is highly recommended in implementing a preventive dental health program for Islamic countries. Also recommendations should be directed to manufacturers of toothpastes to include the powdered form of Siwak in a highly debriding sophisticated toothpaste.”

Sayyid Quthb menegaskan bahawa ilmu memberi kita pengetahuan relatif dan tidak final serta boleh sahaja ia direvisi atau dibatalkan, sedangkan Al-Quran & Hadith memberikan kita hakikat yang final dan mutlak. Fakta hadith hanya menyebutkan bahawa bersugi menyihatkan mulut dan kesukaan Maha Pencipta. Itu sahaja. Kita tidak mengomentari ini (hadith) dengan itu (kesimpulan ilmu pengetahuan) untuk selama-lamanya!

Wallahua’lam.

Al-Fakir ila Rabbihi

Ibnu Zakaria

Daftar Pustaka:

1. Sayyid Quthb, Aku Wariskan Untuk Kalian, alih bahasa, Abdul Majid Lc., Yogjakarta : Uswah, 2007.
2. Kidd EAM, Joyston-Bechal S. Dasar-dasar karies, Penyakit dan penanggulangannya.
3. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal
4. Axelsson Per. An Introduction to risk prediction and preventive dentistry.
5. Axelsson Per. Diagnosis and risk prediction of dental caries.
6. Wu CD. Chewing Stick, Timeless natural toothbrushes for oral cleansing.
7. Babay Nadir, Almas K. Effect of miswak extract on healthy human dentin: an in vitro study.
8. Almas K., Skaug N. Ahmad, I. An invitro antimicrobial comparison of miswak extract with commercially available non alcohol mouth rinses.
9. Darout IA. Comparative Oral Health status of an adult Sudanese population using miswak and toothbrush regularly.
10. Tubaisat RS, et al. Use of miswak vs toothbrushes: Oral health belief and behaviors among a sample of Jordanian adults.
11. Almas, K. The antimicrobial effects of seven different types of Asian chewing stick.
12. Suryadi A, Mangundjaja S, Soekanto SA, Djais A. Effect of Salvadora percica in dentrifice on streptococcus mutans from humans.
13. Persatuan Pengguna Pulau Pinang (CAP), Panduan Halal Haram (2006).


Disalin dengan sedikit ubahsuai dari : http://studentusu.wordpress.com/2008/05/03/kayu-sugi-siwak-satu-pembuktian-saintifik/

Sesungguhnya orang yang beriman itu ialah orang yang apabila disebutkan Allah akan gementar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya (ayat-ayat Allah) akan bertambahlah iman mereka, dan kepada Rab (Tuhan) mereka bertawakal. ( Surah an-Anfal : Ayat 2 )

Ulasan